hubungan pembantu dan majikan dalam Islam

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

pasukan sedeka.wordpress.com
Kehidupan di bumi ini semuanya ada pasangannya, siang dengan malam, suami dengan istri, orang tua dengan anak, dan juga majikan dengan pembantu. Sekarang ini banyak pemberitaan yang buruk mengenai hubungan majikan dengan pembantu. Di luar sana banyak pemberitaan pembantu yang  sering di aniaya oleh majikannya sehingga ada juga pembantu yang tega membunuh majikannya karena sudah tidak kuat dengan penganiayaan yang ditujukan kepada dirinya. Jika melihat hal ini kita akan diingatkan kembal pada zaman Nabi Musa AS yang pada saat itu pembantu-pembantu kerajaan Fir'aun banyak yang dianiaya. Selain itu, patut juga kita mendalami sejarah awal keislaman di kota Makkah yang mana banyak pembantu yang disiksa karena tidak mematuhi perintah majikannya karena mempertahankan aqidah Islam. Jika dilakukan pengkajian ulang kekejian terhadap pembantu pada masa sekarang tidaklah sama dengan waktu awal masuknya Islam dahulu. Sekarang ini yang sering terjadi adalah karena kelakuan majikan dan pembantu yang kurang dapat memahami antara satu dengan yang lain. 

Dalam hal kerukunan umat, Nabi SAW telah memberikan teladan yang baik dimana tidak ada pembedaan atara manusia yang ada hanyalah derajat ketaqwaannya keada sang Kholiq. Demikian juga terhadap hubungan antara majikan dan pembantu, Rosullulah mencontohkan langsung hubungannya dengan seorang pembantunya yang bernama Anas bin Malik.

Anas berkata: “Adalah Rasulullah SAW orang yang paling baik akhlaqnya, lapang dadanya, dan banyak kasih sayangnya. Suatu saat beliau menyuruhku untuk suatu keperluan, ketika aku berangkat aku tidak menuju ke tempat yang Rasul inginkan, namun aku pergi ke tempat anak-anak-anak yang sedang bermain di pasar ikut bermain bersama mereka. Ketika aku telah bersama mereka aku merasa ada seseorang berdiri di belakangku dan menari bajuku, maka aku menoleh, ternyata dia adalah Rasulullah dengan senyum beliau menegurku: “Ya Unais (panggilan kesayangan) apakah kamu sudah pergi ke tempat yang aku perintahkan?” Aku gugup menjawabnya: Ya, ya Rasul, sekarang aku akan berangkat. Demi Allah aku telah menjadi pembantunya sepuluh tahun, tidak pernah aku mendengar ia menegurku: “Mengapa kamu lakukan ini dan itu, atau mengapa kamu tidak melakukan ini atau itu?""

Selain itu dari sahabat muncul nama Salman Al-Farisi. Saat beliau menjabat menjadi walikota datanglah beberapa tamu yang menemuinya. Kemudia Salman al-Farisi bersama istrinya menyiapkan jamuan untuk para tamu, lantas sang tamu bertanya, "Mengapa engkau tidak meminta pembantumu untuk mengerjakan semua ini?" Beliau pun menjawab "Biarlah kami sendiri yang mengurusi ini karena pembanu kami masih mempunyai pekerjaan lain." Begitu bijaksananya Salman al-Farisi hingga kepada pembantunya juga dapat berbagi amanah. Selain kedua contoh tersebut di atas masih banyak contoh lain dar sahabat yang dapat kita ambil, yang pada intinya hubungan majikan dan pembantu atau atasan dengan bawahan itu harus dapat sinergis dan harmonis sehingga memudahkan kehidupan kita ke depannya.

Wallahu a’lam bis shawab…


ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين

Comments

Post a Comment

Mohon kritik,saran, dan pesan yang membangun ya..