Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasehatkan kepada Abdurrahman bin Samurah :
يَا عَبْدَ الرَّحْمنِ بن سَمُرَةَ لاَ تَسْألِ الإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيْتَها عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَ إِنْ أُعْطِيْتَهَا عَنْ مَسْأََلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْها
“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu, niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong). ”
Jabatan adalah amanah, bukan malah kedudukan yang dapat membuat sesrang menjadi disegani. Persis seperti nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abdurrahman bin Samurah di atas. Entah kenapa dahulu saya diberi amanah ini menjadi asisten sekertaris umum suatu lembaga dakwah di kampus Kota Malang. Senang bercampur sedih yang saya rasakan, senang karena saya rasa saya dipercaya untuk membantu mengerjakan amanah sekretaris umum, namun sedihnya beban saya bertambah.
Iya memang bertambah karena sebelumnya ketua offering juga disematkan kepada saya. Lebih-lebih saya juga masuk dalam pengurus forum mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi di kampus. Pada awal-awal kepengurusan bingung saya rasakan untuk mengatur jadwal antara diri sendiri, kelas, formadiksi, dan lembaga dakwah. Peringatan dan teguran saya terimi dari kesemua organisasi tersebut, namun terasa berbeda saat di lembaga dakwah. Ramah dan bersahabat, itu yang saya rasakan. Pernah satu hari saat saya di amanahi menjadi ketua pelaksana kegiatan di lembaga dakwah saya merasa beban yang ada di pundak terasa amat berat, hingga fikiran untuk mundur dari kepengurusan terlintas di kepala. Namun sekali lagi kakak tingkat yang saya asisteni menasehati dengan sabar. Fikiran itupun lenyap, namun sekarang 180' yang saya dapatkan. Kakak tingkat yang saya asisteni mengundurkan diri dari amanah sekum dan akhirnya saya menjadi sekum.
Pasti salah saya, pasti salah saya.. kata-kata itu yang terus terucap dalam hati. Sampai akhirnya saya menemukan jawabannya sendiri.
"Sorang nelayan jangan sampai kehilangan ikan yang sudah didapat ketika mendapatkan ikan baru, begitu juga dengan sahabat, jangan sampai sahabatmu hilang karena kamu tidak bisa menjaganya.
Semua sudah terjadi dan inilah kuasa Allah SWT atas hambanya.
Amanah sekum yang saya emban tidak lebih dari apa yang saya bisa lakukan saat menjadi asisten sekum. Sanyat banyak amanah yang tertunda. Beban yang saya bawa inilah yang membuat ketum saya kewelahan mengurusi saya.
Afwan saya selalu merepotkan
يَا عَبْدَ الرَّحْمنِ بن سَمُرَةَ لاَ تَسْألِ الإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيْتَها عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَ إِنْ أُعْطِيْتَهَا عَنْ مَسْأََلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْها
“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu, niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong). ”
Jabatan adalah amanah, bukan malah kedudukan yang dapat membuat sesrang menjadi disegani. Persis seperti nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abdurrahman bin Samurah di atas. Entah kenapa dahulu saya diberi amanah ini menjadi asisten sekertaris umum suatu lembaga dakwah di kampus Kota Malang. Senang bercampur sedih yang saya rasakan, senang karena saya rasa saya dipercaya untuk membantu mengerjakan amanah sekretaris umum, namun sedihnya beban saya bertambah.
Iya memang bertambah karena sebelumnya ketua offering juga disematkan kepada saya. Lebih-lebih saya juga masuk dalam pengurus forum mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi di kampus. Pada awal-awal kepengurusan bingung saya rasakan untuk mengatur jadwal antara diri sendiri, kelas, formadiksi, dan lembaga dakwah. Peringatan dan teguran saya terimi dari kesemua organisasi tersebut, namun terasa berbeda saat di lembaga dakwah. Ramah dan bersahabat, itu yang saya rasakan. Pernah satu hari saat saya di amanahi menjadi ketua pelaksana kegiatan di lembaga dakwah saya merasa beban yang ada di pundak terasa amat berat, hingga fikiran untuk mundur dari kepengurusan terlintas di kepala. Namun sekali lagi kakak tingkat yang saya asisteni menasehati dengan sabar. Fikiran itupun lenyap, namun sekarang 180' yang saya dapatkan. Kakak tingkat yang saya asisteni mengundurkan diri dari amanah sekum dan akhirnya saya menjadi sekum.
Pasti salah saya, pasti salah saya.. kata-kata itu yang terus terucap dalam hati. Sampai akhirnya saya menemukan jawabannya sendiri.
"Sorang nelayan jangan sampai kehilangan ikan yang sudah didapat ketika mendapatkan ikan baru, begitu juga dengan sahabat, jangan sampai sahabatmu hilang karena kamu tidak bisa menjaganya.
Semua sudah terjadi dan inilah kuasa Allah SWT atas hambanya.
Amanah sekum yang saya emban tidak lebih dari apa yang saya bisa lakukan saat menjadi asisten sekum. Sanyat banyak amanah yang tertunda. Beban yang saya bawa inilah yang membuat ketum saya kewelahan mengurusi saya.
Afwan saya selalu merepotkan
Comments
Post a Comment
Mohon kritik,saran, dan pesan yang membangun ya..